KOTA MOJOKERTO – Mengingat pesan dari Presiden RI Ir. H. Joko Widodo, “Polisi Bukan Sekadar Profesi tapi juga Sebuah Jalan untuk Mengabdi”, menjadi inspirasi Aipda Khoirul Sahudi anggota Sipropam Polresta Mojokerto dengan membangun Tempat Pendidikan Alquran di rumahnya.
Pengabdian yang dilakukan Aipda Khoirul Bersama istri dan keluarganya ini patut dicontoh, disamping menjalani Profesinya sebagai Polisi, telah sukses mendirikan Taman Pendidikan Alquran (TPQ).
Kapolresta Mojokerto AKBP Wiwit Adisatria, S.H., S.I.K., M.T. membenarkan anggotanya Bersama istrinya mempunyai inspirasi yang mulia dengan membangun TPQ.
“Semula mendapat informasi dari Kasihumas, Saya sangat bangga dan salut mempunyai anggota yang Inspiratif dari Aipda Khoirul Sahudi bersama Istri dan keluarganya membangun Taman Pendidikan Alquran di pekarangan rumahnya dengan nama TPQ Jannatul Quran”, Ucap AKBP Wiwit Adisatria.
Saat ditemui peliput, Aipda Khoirul, Polisi 39 tahun yang biasa dipanggil Irul, telah membangun TPQ Jannatul Quran yang letaknya di tengah kampung di Dusun Unggahan RT 02/RW 02, Desa/Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto.
Gedung yang semula dari garasi Mobil kini menjadi tempat belajar Alquran oleh ratusan anak-anak itu didirikan Aipda Khoirul pada 2015 silam. Dia sengaja mewakafkan sebagian tanah pekarangan rumahnya untuk dibangun TPQ.
”Bermula ini garasi Mobil, Karena sekitar sini belum ada TPQ untuk anak-anak, radius berapa kilometer tidak ada, akhirnya saya Bersama istri berniat membangun TPQ, ” ungkap Khoirul ditemui di ruang Humas Polresta Mojokerto, Jumat (19/08/22) Siang.
Dua tahun sebelumnya, sang istri, Siti Nur Faridatus Sholihah, 31, lebih dulu mengajar Alquran di rumah. Sebagai lulusan Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah, Klinterejo, Sooko, sang istri memilih mengabdikan dirinya untuk membimbing anak-anak membaca Alquran.
Memang Aslinya dulu bagian garasi mobil dan berkat izin Allah menjadi ruang kelas mengaji setiap sore hari. ”Pertama dulu masih sekitar 5-10 anak saja, ” ujar Khoirul ayah tiga anak ini.
Lambat laun, jumlah anak-anak yang datang terus bertambah. Tak hanya garasi mobil, ruang tamu hingga ruang tengah rumah pun sudah tak muat untuk menampung anak-anak yang belajar. ”Saat itu sudah ada 80-an anak. Banyak sekali memang, ” katanya.
Melihat tingginya minat belajar Alquran, Khoirul dan keluarganya memutuskan untuk membangun gedung TPQ yang kini telah menjadi menampung ratusan santri kecil itu. ”Kalau latarbelakang saya bukan santri, cuma istri yang tak dukung terus biar TPQ-nya tidak mandek dan terus berjalan, ” bebernya.
Kecuali Minggu, setiap hari, sekitar 100 murid datang untuk mengaji. Pembelajaran berlangsung dari pukul 15.00-17.00. Selain Siti, kakak ipar dan sang paman ikut menjadi pengajar. Ada tiga kelas di gedung TPQ tersebut sesuai dengan jenjang belajar.
Dia mengingat betul bagaimana perjuangan mendirikan TPQ Jannatul Quran. Pembangunan TPQ mendapat dukungan positif dari masyarakat. Selain mengumpulkan iuran dari orangtua murid mulai Rp 5 ribu sampai Rp 10 ribu, dia telaten menyisihkan gajinya sebagai anggota kepolisian. Tabungan itu dipakai untuk membeli semen, kapur, serta barang-barang keperluan gedung TPQ lainnya.
”Saya juga menyisihkan gaji 500 ribu mulanya, kemudian Hutang galangan sana-sini juga. Tapi, tak iming-imingi, ini mau mengajukan dana ke Pemkab, minta tolong sampean talangi dulu semennya, ” paparnya disambung tawa.
Khoirul menyebut, semua jerih payah itu dilakukan semata supaya anak-anak yang selama ini mengaji di rumahnya punya tempat belajar yang lebih layak dan nyaman. Dia menganggapnya sebagai wujud pengabdian ke masyarakat dalam bentuk yang lain, di luar profesinya sebagai polisi. Dia berharap, pengabdiannya ini menjadi amal jariah bagi keluarga.
”Cuma satu, kami sekeluarga punya TPQ ini untuk tabungan di akhirat saja lah, ” tandasnya. Ke depan, dia ingin menuntaskan pembangunan lantai dua gedung TPQ yang sedang dalam pengerjaan. Nantinya, gedung itu diharapkan menjadi aula pertemuan dan tempat belajar bagi jenjang yang lebih tinggi. (MK)